Brumaire XVIII Louis Bonaparte

Karl Marx (1852)


KATA PENGANTAR FREDERICK. ENGELS (1885) PADA EDISI BHS. JERMAN KETIGA

Kenyataan bahwa suatu edisi baru dari The Eighteenth Brumaire telah diperlukan, tigapuluhtiga tahun setelah penerbitannya yang pertama, membuktikan bahwa bahkan hingga sekarang buku kecil ini tidak sedikitpun kehilangan nilainya.

Sesungguhnya, buku itu sebuah karya zenial. Seketika setelah peristiwa yang menggetarkan seluruh dunia politik bagaikan suatu halilintar di siang hari bolong, yang dikutuk oleh sementara pihak dengan teriakanteriakan lantang kejengkelan moral dan diterima oleh pihak-pihak lain sebagai penyelamatan revolusi dan sebagai hukuman atas kesalahankesalahannya, namun dipertanyakan oleh semua orang dan dipahami oleh tidak seorangpun –seketika setelah peristiwa ini Marx tampil dengan suatu pemaparan ringkas, epigramatik yang membuka tabir seluruh perjalanan sejarah Prancis sejak hari-hari Pebruari dalam antarhubungan internalnya, mereduksi keajaiban 2 Desember menjdadi suatu akibat wajar dan niscaya dari antar-hubungan ini dan dengan begitu bahkan tidak perlu memperlakukan pahlawan coup d’état secara lain daripada dengan kenistaan yang memang sangat layak diterimanya.

Dan gambaran itu dilukiskan dengan tangan yang sedemikian ahli sehingga setiap pengungkapan baru yang dibuat sejak itu hanya memberikan bukti-bukti baru betapa setia setiap pengungkapan itu mencerminkan realitas. Pemahaman nyata mengenai sejarah hidup jamannya, apresiasi yang jernih mengenai peristiwa-peristiwa pada saat kejadiannya, sungguh tiada bandingannya.

Tetapi untuk ini, diperlukan pengetahuan Marx yang lengkapmenyeluruh mengenai sejarah Prancis. Prancis adalah negeri di mana, lebih daripada negeri lain yang manapun, perjuangan-perjuangan kelas yang bersejarah setiap kalinya berlangsung hingga menentukan, dan di mana, sebagai akibatnya, bentuk-bentuk politik yang berubah-ubah yang di dalamnya perjuangan mereka itu bergerak dan di mana hasil-hasilnya diikhtisarkan telah dicap dalam garis-garis besar yang paling tajam. Pusat feodalisme di Abad-abad Pertengahan, negeri teladan akan monarki yang bersatu, yang bersandarkan hak pemilikan tanah, sejak Renaisans, Prancis telah menghancurkan feodalisme dalam Revolusi Besar dan mendirikan kekuasaan burjuasi yang tanpa campuran dalam suatu kemurnian klasik yang tiada disamai oleh satupun negeri Eropa lain.

Dan perjuangan proletariat yang berdaya-upaya bangkit terhadap burjuasi yang berkuasa tampak di sini dalam suatu bentuk akut yang tiada dikenal di manapun. Inilah sebabnya mengapa Marx tidak saja mempelajari sejarah masa-lalu Prancis dengan kesepihakan tertentu, melainkan juga mengikuti sejarah yang sekarang berlangsung dalam setiap perinciannya, menjimpan bahan-bahan untuk dipakai di masa mendatang dan, sebagai konsekuensinya, peristiwa-peristiwa tidak pernah mengejutkan dirinya.

Namun, sebagai tambahan masih terdapat suatu situasi lain. Adalah justru Marx yang untuk pertama kalinya menemukan hukum besar dari gerak sejarah, hukum yang menurutnya semua perjuangan bersejarah, entah itu berlaku di wilayah politik, religius, filsafat ataupun sesuatu wilayah ideologi lain, dalam kenyataan hanyalah pernyataan yang kurang-lebih jelas mengenai perjuangan-perjuangan kelas-kelas sosial, dan bahwa keberadaan dan dengan begitu benturan-benturan itu, juga, di antara kelas-kelas ini pada gilirannya dikondisikan oleh derajat perkembangan dari posisi ekonomi mereka, oleh cara produksi mereka dan oleh pertukaran mereka yang ditentukan olehnya. Hukum ini, yang mempunyai arti-penting yang sama sebagaimana yang dipunyai sejarah sebagai hukum transformasi enerji untuk ilmu-pengetahuan alam – hukum ini memberikan kepadanya di sini, juga, kunci pada suatu pemahaman sejarah Republik Prancis Kedua. Marx telah menguji hukum ini pada peristiwa-peristiwa bersejarah ini, dan bahkan, setelah tigapuluhtiga tahun kita masih mesti mengatakan bahwa kenyataan itu telah melalui ujian itu dengan cemerlang.

Frederick Engels

Ditulis oleh Engels untuk edisi ketiga karya Marx, The Eighteenth Brumaire of Louis Bonaparte, Hamburg 1885.